Jumat, 06 Februari 2015

Sejarah Pura Kerban Langit

Pura Keraban Langit

Berdasarkan informasi dari Jero Mangku, Goa  ini telah lama ada sejak zaman pemerintahan Raja Bali Sri Udayana. Lebih lengkapnya sejarah Pura ini terdapat dalam tulisan berikut :

Pura Kereban Langit mulai didirikan belumlah terungkap secara jelas. Namun dapat dipastikan goa tempat pura tersebut sudah ditemukan pada abad ke-11. Hal ini dibuktikan/dijelaskan seperti yang termuat dalam Prasasti Sading yang berangka tahun Isaka 923 (1001 Masehi), dimana nama goa ini sudah disebutkan. Hanya saja, saat itu yang merupakan masa pemerintahan Raja Sri Udayana, Sading masih bernama Desa Bantiran. Baru pada tahun 1076 Masehi, Desa Bantiran berubah nama menjadi Desa Sading. Dalam etimologi Bali, keberadaan Goa Kereban Langit juga muncul.
Diceritakan, sebelum lahirnya raja kembat Sri Masula-Sri Masuli, ayahnya memohon kehadapan Ida Bhatara di Gunung Tohlangkir (Gunung Agung) agar permaisurinya segera dapat melahirkan/ mempunyai anak. Bhatara di Gunung Tohlangkir memberi petunjuk agar sang raja mencari Tirtha Selaka, sehingga keinginannnya dapat tercapai. , Oleh karena itu, diutuslah seorang brahmana menelusuri seluruh jagat Bali untuk mencari Tirtha Selaka tersebut. Saat sampai di Desa Sading, sang brahmana berhenti dekat Goa Kereban Langit. Di dalam goa terdapatlah seorang pertapa. Sang Brahmana kemudian menemuinya dan menjelaskan maksudnya untuk mencari Tirtha Selaka. Sang pertapa kemudian menunjukkan sebuah mata air yang terdapat di dalam goa. Tak dinyana air itulah yang disebut dengan Tirtha Selaka.
Air suci itupun kemudian dihaturkan kepada permaisuri raja. Memang benar, sang permaisuri kemudian akhirnya bisa melahirkan. Anak yang dilahirkan kembar buncing yang kemudian diberi nama Sri Masula-Sri Masuli. Struktur Pura Struktur Pura Kereban Langit sangatlah sederhana. Di jeroan terdapat padma pelinggih Ratu Gede Lingsir, pelinggih Ratu Made dan pelinggih Ratu Ayu berada di sebelah kanan. Di sebelah kanan padma, di atas goa tempat Tirtha Selaka, terdapat relief Bima. Sementara di depan padma terdapat beberapa buah patung penjaga dan patung terakota. Di bagian madya mandala terdapat satu buah padma. Di jaba sisi yang dekat dengan sungai terdapat pelinggih penyawangan Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped serta Ida Bhatara Batu Bolong. Di sungai sisi barat pura dulu sempat ada batu besar dengan lobang seukuran anak kecil. Namun, karena ulah manusia, batu tersebut akhirnya tenggelam.
Yang unik, pangemog Pura Kereban Langit ini hanyalah 5 kepala keluarga (kini sudah berkembang menjadi delapan). Pada jaman kerajaan Mengwi dulu, pengawasan Pura Kereban Langit berada di tangan Puri Mengwi. Ketika terjadi pengembangan keluarga raja ke Sading, pengawasan dilimpahkan ke Puri Sading. Hingga kini jika pujawali di Pura Kereban Langit, keluarga Puri Mengwi dan Puri Sading selalu hadir. Pujawali dilaksanakan setiap Buda Wage Ukir. Meskipun hanya diemong lima kepala keluarga, Pura Kereban Langit kerap didatangi pemedek yang hendak tangkil. Tidak saja saat pujawali, juga hari-hari biasa. Ada yang datang karena mendapat pewisik dan sejenisnya. Yang paling ramai saat Hari Raya Saraswati atau Siwaratri atau Rahinan Purnama untuk melukat dan sembahyang.

Rabu, 14 Januari 2015

Keraban Langit

Berkunjung Ke Pura Keraban Langit—Bali

Keberadaan pura di Bali tak hanya memiliki pengertian dan makna secara fisiknya saja melainkan berdimensi ruhani atau nonfisik. Masyarakat Bali menganggap bahwa ada dimensi metafisik dalam tiap-tiap pura yang ada di daerahnya makanya tak heran kalau eksistensi tempat suci tersebut sangat dijaga dan dilestarikan.
Rata-rata masyarakat sekitar menganggap bahwa pura merupakan lambang keagungan dewata (bahkan rumahnya Dewata) yang sudah selayaknya dijaga dan dilestarikan. Mereka menilai bahwa letak keagungan pura bukan hanya terdapat pada bangunannya secara fisik semata namun juga dari aspek sejarah dan berbagai benda yang terdapat didalamnya.
Pura sebagaimana juga tempat peribadatan agama-agama lainnya ialah sebuah tempat suci yang menjadi lokus sentral diadakannya berbagai upacara/ acara keagamaan yang berdimensi spiritual dan vertikal. Pura merupakan tempat dilantunkannya doa-doa segenap umat Hindu yang meminta sesuatu kepada Tuhannya, Sanghyang Widhi Wasa.
Pura merupakan perantara yang mempertemukan antara jasadi hamba yang menghaturkan persembahan-persembahan kepada Tuhan untuk memohonkan sesuatu supaya dikabulkan. Makanya keberadaan dan kesucian pura sangat dijaga supaya nilai-nilai magisnya tidak menjadi luntur.
Belakangan seiring dengan berkembangnya kegiataan kepariwisataan di Tanah Dewata peranan pura secara otomatis telah mengalami perluasan. Dari yang tadinya hanya sebatas tempat beribadah atau berupacara menjadi lokus yang juga menjadi tempat berwisata reliji.
Kalangan wisatawan makin banyak saja yang mengunjungi pura yang utamanya ditujukan untuk melihat dan mengagumi bangunan-bangunan pura tersebut. Disamping juga banyak diantara mereka yang mengunjungi pura untuk melihat berbagai prosesi keagamaan yang biasanya dilakukan oleh segenap umat Hindu, terlebih kalau hari-hari besar keagamaan tiba.
Dan Pura Keraban Langit ialah salah satu pura yang penting di Bali. Keberadaannya yang lain daripada pura lainnya semakin menambah daya tarik dari pura ini. Pura ini berada di tepi sebuah tebing yang cukup curam sehingga untuk menjangkaunya diperlukan kehati-hatian yang ekstra.
Pura Keraban Langit juga merupakan pura yang termasuk dalam Pura Dang Khayangan. Ketika jatuh hari persembahan atau kelahirannya dewa atau yang disebut dengan Pujawali biasanya masyarakat skeitar akan melakukan penyucian di pura ini. Itulah salah satu prosesi sakral yang biasanya dilakukan di pura ini.
Yang menarik dari pura ini ialah keberadaan mata air yang dianggap suci oleh masyarakat sekitar. Tak hanya itu, mata air yang ada didalam pura inipun dianggap membawa berkah sehingga banyak yang memanfaatkannya untuk diminum atau sekadar mencuci muka. Adapun dewa yang dipuja di pura ini ialah Dewa Wisnu, Ratu Ayu, Ratu Made dan juga Ratu Gede Lingsir. Mereka yang datang ke pura ini biasanya melakukan persembahan kepada dewa-dewi yang disebutkan tersebut.
Lantas, kapan biasanya para wisatawan datang berkunjung ke Pura Keraban Langit ini? Biasanya kalangan wisatawan berkunjung ke pura ini pada hari-hari tertentu semisal Hari Raya Siwalatri dan Hari Raya Saraswati yang mana mereka sebagaimana juga masyarakat sekitar banyak yang melakukan pemujaan dan bersemedi untuk memohonkan apa yang menjadi keinginan atau harapan yang belum belum tercapai dalam hidupnya. Pada hari-hari besar keagamaan umat Hindu itu dipercaya bahwa segala doa atau permohonan yang dihaturkan kepada para dewa akan dikabulkan.
Lokasinya sendiri berada didalam gua sehingga diperlukan perjuangan yang ekstra ketika hendak menjangkau pura suci ini. Ketika akan memasuki ke dalam pura yang mana harus melalui lorong-lorong goa terlebih dahulu maka akan terasa udaranya sangat sejuk dan segar.
Hal tersebut disebabkan karena tepat dibagian tengah gua ada bolongan diatasnya sehingga memungkinkan udara segar dan juga sinar matahari masuk ke dalamnya. Kondisi demikian tentu akan menambah kenyamanan dan perasaan damai pada siapapun yang tengah melakukan sembahyang atau semedi di dalam gua maupun pura.
Pura ini sendiri telah ada sejak masa Bali kuno, atau lebih tepatnya sejak masa Kerajaan Udayana. Hal tersebut terdapat dalam sebuah prasasti yang ada di Pura Puseh Desa Adat Seding Bali. Lantas, mengapa mata air yang terdapat didalam pura tersebut dianggap suci? Hal tersebut juga tak lepas dari cerita rakyat yang mengiringinya.
Konon, zaman dulu kala pernah ada sepasang suami dan isteri yang sangat mengharapkan kehadiran seorang anak. Setelah sekian lama berumah tangga ternyata mereka belum jua dikaruniai keturunan oleh Tuhan. Kemudian mereka berinisiatif untuk memohon kepada dewa yang berada di puncak Gunung Agung supaya mereka diberikan keturunan.
Aneh bin ajaib sang suamipun mendapatkan petunjuk yang mengharuskannya mencari air/ tirta yang berada di goa Desa Sading. Setelah air tersebut didapatnya, maka segera diberikannya kepada istri tercintanya. Selang beberapa hari kemudian, istrinya itu hamil dan singkat cerita melahirkan anak kembar. Mereka berduapun sangat bersuka cita dan gembira bukan kepalang. Maka sejak saat itulah air yang berada didalam goa itu dianggap suci dan dianggap membawa berkah bagi siapapun yang menggunakannya.
Makanya bagi Anda yang ingin turut merasakan berkah yang dimiliki oleh mata air didalam Pura Keraban Langir ini bersegerlah berkunjung ke pura yang sangat disucikan ini!
Lokasi
Pura Keraban Langit berada di Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Pulau Bali – Indonesia. Berjarak sekitar 13 km dari Ibukota Denpasar atau bisa ditempuh dengan waktu perjalanan sekitar 35 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Selamat Berkunjung!